Anak Kepulauan Wakatobi Belajar Perkembangan

Karangan Bebas




Kehidupan Sosial
Lingkunganku
         

                Tak terasa aku dan adikku (har: tanggal 16 Juni 2012 cukup sudah 2 tahun berkecimpung didaerah tempat tugasku, berbagai pengalaman telah dijalani, suka dan duka berjalan tanpa henti, seperti ombak yang berputar bolak-balik. “iksan, makan dulu baru ke kantor ” itulah panggilan rumahku yang biasa diucapkan bapak, ibu,adik-adikku dirumah ini. Alhamdulillah mereka sangat baik dan perhatian, tak satupun hal yang terlewatkan jika menyangkut kehidupanku disini bahkan menyangkut hal-hal yang sifatnya pribadi.
                Seperti halnya masyarakat pada umumnya, kedua ibu bapak masing-masing sibuk dengan kegiatannya, setiap senja mulai tenggelam si bapak sudah mulai sibuk mengatur jaring dan perlengkapan untuk menjaring ikan. Biasanya jam 16.00 atau 16.30 wita, sibapak mulai menjalankan mesin perahunya dan langsung menuju tempat rezeki, karena tempat tinggal kami adalah pengeringan laut/penimbunan untuk perumahan di desa Mola maka tidaklah perlu harus bersusah payah untuk menjalankan “Bodi” atau nama lain untuk perahu yang bermesin
                Sekitar dua atau tiga jam berlalu sibapak (Rajab. Red) sudah kembali dari lautan yang luas, terkadang hasil yang didapatkan melebihi kebutuhan untuk satu hari, namun terkadang tidak sama sekali, he.he.he. itu senyuman yang pertama kali terlihat dari wajah sibapak jika sudah kembali dari lautan dan dengan spontan anak-anaknya menyambut begitu riang karena bapak sudah pulang. Tak satupun keluh kesah terlintas diwajahnya, biasanya sibapak mengatakan bila hari ini tidak dapat rezeki, “iksan lautan ini sangat luas kita turunkan saja jaring, mudah-mudahan banyak ikan yang terperangkap kalau saya tau tidak ada ikan disitu pasti tidak akan pasang jaring disana..sambil tertawa keletihan”
                Namun hari ini mungkin hari yang sangat membahagiakan, jaring dari lautan begitu banyak mendapatkan hasil, biasanya jika bapak sudah pulang ibu mulai mempersiapkan kardus ikan untuk disimpan dan dijual kepasar. Karena jarak rumah tempat tinggal kami dengan pusat pasar yaitu sekitar 50 meter. secara rutin ibu menjual hasil tangkapan kepasar biasanya setelah shalat Shubuh, namun sebulan ini karena ibu  habis melahirkan biasanya jam enam pagi atau lewat baru kepasar karena harus mengurusi anak-anaknya ada yang sudah SMA, SMP, SD bahkan masi ada yang masi balita
                Kelelahan....itulah yang pasti dirasakan pengganti orang tua kami saat ini, namun  tak ada kata-kata yang membuat hati jadi marah, malu, takut, canggung. Dan satu yang sangat saya banggakan Syukur Alhamdulillah Si har saudaraku begitu rajin dan sering membantu aktifitas mereka, beda dengan saya...hehehehe, Cuma kantor dan rumah saja..malu-maluin dhee....